Universality of My Religion

Universality of My Religion

Kesempurnaan Agama dari Sudut Pandang Keseimbangan antara                 Ibadah dan Muamalah

 

 

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).

(Q.S Jin : 16)

           

Selama 17 tahun raga ini hidup di dunia, selama itu pula hidup ini masih terasa ada yang kurang.. Melihat kondisi ekonomiku selama ini tidak ada masalah. Begitu juga dengan kondisi kesehatan juga masih sehat. Terus apa yang membuat hidup selama ini serasa mati, kering dengan nilai-nilai.

Tetapi semuanya berubah ketika hati ini tahu kemana harus berpaut. Hati yang selama ini mati seakan terlahir kembali. Islam itulah yang menjadi jalan keluarnya. Islam yang selama ini hanya menjadi sebuah hiasan hidup kini berubah menjadi penghias kalbu yang memberikan cahaya di setiap kaki ini melangkah. Semakin hati ini belajar maka bertambah besar pula hati ini terpaut pada sang Ilahi. Karena hidup ini adalah sementara, maka kesementaraan hidup ini harus senantiasa dihiasi oleh asma ilahi yang dapat mengantarkan ruh ini ke ridho Ilahi.

Agama yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW inilah yang dapat mengantarkan ruh dan jasad kepada kemenangan hakiki. Tidak hanya mengatur masalah ibadah, tetapi segala lingkup kehidupan diatur olehnya. Dari hal terbesar sampai hal yang paling kecilpun sudah diatur dalam agama ini. Hal inilah yang membuat hati semakin mantap untuk memegangnya. Sebuah kebanggan yang tidak ternilai harganya. Agama yang lengkap dan menyeluruh. Apapun itu, semuanya berawal dari sini.

Kesempurnaan Islam

            Hasan Al Banna pernah mengatakan bahwa Islam adalah risalah yang panjang terbentang sehingga meliputi semua abad sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat dan begitu mendalam (mendetail) sehingga memuat urusan-urusan dunia dan akhirat. Pernyataan ini merupakan sebuah pembuktian bahwa Islam memang agama samawy yang sempurna, yang menjadi agama terakhir yang diturunkan kepada Rasul yang mulia. Kemuliaan agama ini tidak hanya menjadi sebuah fatamorgana yang tiada nyata, tetapi dibuktikan dengan banyak rentetan peristiwa sejak diturunkannya agama ini sampai sekarang.

            Peristiwa sejarah membuktikan pada awal diturunkannya agama ini kepada Rasul, satu demi satu pemimpin kaum Quraisy jatuh hati padanya. Meskipun banyak yang memusui, tetapi justru banyak dari kaum kafir yang tertarik dengan agama Islam. Seperti halnya Umar bin Khattab, dengan watak dan karakternya yang keras, yang pada saat itu hampir-hampir menghampiri Rasul untuk membunuhnya, hanya dengan mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh adiknya Fatimah, hatinya seakan luluh. Hatinya yang selama ini penuh dengan pemikiran jahiliyah, tergantikan dengan kesempurnaan Islam yang menyatu dengan kalbunya. Begitu pula dengan saat ini, meskipun di Indonesia perkembangan umat Islam sangatlah rendah, bahkan umat Islam semakin menurun tetapi jika dilihat secara global maka perkembangan Islam di seluruh dunia terutama Eropa mengalami perkembangan yang luar biasa. Dan juga perkembangan ini justru dilatarbelakangi oleh banyaknya isu-isu terorisme yang mengatasnamakan Islam khusunya setelah terjadi tragedi WTC yang menelan ribuan korban jiwa.

            Fakta inilah yang dapat menunjukkan kesempurnaan Islam. Meskipun di Indonesia populasi umat Islam semakin menurun, tetapi jika dilihat karakteristik penduduknya adalah orang yang rendah pengetahuan agamanya dan tergolong penduduk miskin. Mereka menggadaikan akidahnya dengan materi keduniaan. Beda halnya dengan yang terjadi di Eropa. Seperti yang diketahui, mayoritas penduduk Eropa adalah orang yang berpendidikan dan memiliki kondisi ekonomi yang cukup. Justru dengan adanya isu terorisme yang sebenarnya merusak dan mendesak kaumnya, mereka akhirnya tertarik untuk mempelajarinya dan akhirnya mereka menjadi muallaf. Maka silahkan menilai perkembangan Islam secara global, apakah Islam semakin menurun ataukah tidak. Tetapi yang jelas, Islam merupakan agama terkhir yang diturunkan para nabi dan rasul yang menjadi penyempurna dari agama yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.

            Maka kesempurnaan agama bukanlah suatu hal yang diragukan. Islam menyediakan segala apapun yang dibutuhkan manusia dan semua itu sudah tercatat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beruntunglah bagi orang yang senantiasa mensucikannya dan rugilah bagi orang yang mengotorinya. Sebagaiman firman Allah:

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S Asy-Syams (91) : 8-10)

 

Keseimbangan antara Ibadah dan Muamalah

            Islam merupakan agama syummul yang mengatur segala macam urusan kehidupan. Tidak hanya mengatur urusan yang sifatnya ritual (ibadah), tetapi juga mengatur masalah hubungan antar manusia dan makhluk ciptaan Allah yang lain. Ini salah satunya bisa dilihat dari kebanyakan firman Allah:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Baqarah (2): 110)

Didalam banyak ayat Al-Qur’an shalat dan zakat ini banyak dijadikan dalam satu ayat. Jika dilihat lebih dalam, sebenarnya kedua amalan ini merupakan keseimbangan antara ibadah dan muamalah. Jika shalat merupakan ibadah yang mencakup komunikasi manusia dengan Allah, sedangkan zakat merupakan bentuk dari kepekaan dan kepedulian sosial manusia dengan makhluk ciptaan-Nya.

            Allah menciptakan manusia di dunia fana ini sebenarnya tidak hanya untuk ibadah secara ritual saja. Banyak mindset di masyarakat yang menjadikan ibadah ritual sebagai jalan utama menuju jannah-Nya. Padahal sebenarnya itu salah. Islam ini adalah agama yang lengkap, mengatur segala urusan, bahkan sekedar adab di toilet saja diatur. Maka urusan muamalah juga sudah diatur sedemikian rupa agar manusia mematuhi dan menaati. Manusia muslim bisa dikatakan ideal ketika dia menguasai dua hal. Tidak baik ketika dia ahli dalam hal ibadah tetapi kedatangannya sangat tidak diharapkan di masyarakat. Pun sebaliknya dia dipandang baik dalam masyarakat, tetapi tidak pernah melaksanakan ibadah ritual. Maka Allah berfirman:

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”(Q.S Ali-Imran (3) : 110)

            Allah memberikan manusia tidak hanya pahala di akhirat, tetapi juga memberikan pahala di dunia. Hal ini sekali lagi menegaskan bahwa Islam adalah agama syummul yang memperhatikan dua aspek kehidupan, yaitu dunia yang fana dan akhirat yang kekal. Maka manusia disuruh untuk tetap memperhatikan keduanya dan menyeimbangkannya. Dunia yang fana ini merupakan intermediate goal yang menjadi sarana manusia untuk mencari amal ibadah yang sebanyak-banyaknya. Tetapi jangan sampai terperdaya dengan nikmat dunia yang menipu. Akhirat tetapi menjadi ultimate goal yang menjadi tujuan utama umat muslim. Jangan sampai salah arah dan salah paham. Allah menciptakan dunia ini hanya sebagai sarana manusia untuk mencari bekal menuju jannah-Nya yang mulia. Firman Allah:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S Al-An’am (6) : 32)

            Maka agama Islam sudah memberikan aturan tentang ibadah dan muamalah sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjadi dasar atas segala tindakan manusia yang menjadi pedoman dalam kehidupannya. Kedua sumber pokok ajaran Islam ini memberikan manusia jalan yang dikehendaki oleh Allah. Maka segala apapun tindakan manusia, baik ibadah dan muamalah harus sesuai dengan ajaran Allah, karena Islam merupakan sebuah agama yang memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan. Tanpa kedua sumber ajaran Islam ini, manusia ibarat memiliki mata yang buta ditengah jalan kehidupan yang terhampar luas.

            Orientasi yang benar tentang akhirat akan memberikan dampak positif pada perilakunya di dunia. Dan orientasi yang benar di dunia akan mengantarkannya menuju surga-Nya. Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. bahwa pada suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian melepas sepatu kulitnya (untuk mengambil air sumur yang akan diminumkan kepada anjing), lalu wanita itu diampuni dosanya. (Shahih Muslim No.4163)

            Hadits ini mengatakan bahwa amal kebaikan di dunia itu sangatlah penting. Bahkan seorang pelacur yang sudah jelas termasuk ke dalam dosa besar, dengan kebaikan hatinya menolong seekor hewan dia bisa diampuni dosanya oleh Allah SWT. Ini sekaligus menjadi pengingatan bagi kita bahwa Allah menciptakan dunia ini tidak sia-sia. Bagi manusia yang mampu memanfaatkannya untuk mencari surga, itulah orang-orang yang beruntung, tetapi bagi manusia yang menjadikannya sebagai tujuan maka dialah orang-orang yang merugi.

            Inilah Islam, dengan kesempurnannya yang mulia memberikan sebuah cahaya bagi hati-hati manusia berada dalam kegelapan. Menjadi peneduh bagi hati yang gersang. Dan menjadi obat bagi hati yang sakit. Islam sebagai agama yang di ridhoi Allah merupakan sebuah kesatuan hidup yang tidak ternilai harganya. Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman utama agama Islam mencakup aturan yang menyeluruh. Agama yang mengatur keseimbangan antara ibadah dan muamalah. Semakin hati belajar, maka semakin bertambah pula kecintaan terhadap agama yang mulia. Dari sinilah kebangganku kepada Islam berawal. Semuanya berawal dari sini.

 

Dunia adalah the intermediate goal dan akhirat adalah the ultimate goal.

Maka seimbangkan antara keduanya. Niscaya kamu akan berada di akhirat bersama-sama orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Leave a comment